Pariwisata 4.0: Tantangan dan Peluang
(Sumber Gambar: znews.co.id)
Pariwisata merupakan salah satu sektor industri
yang memberikan dampak ekonomi yang besar bagi seluruh negara. Di Indonesia
sendiri, sektor pariwisata menurut Menteri KEMENPAREKRAF Bapak Sandiaga Uno
memberikan kontribusi kepada PDB sebesar 4,3 persen (Dilansir dari
Katadata.co.id). Diharapkan agar sektor parekraf terhadap PDB dapat menembus
10-12 persen dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan. Salah satu caranya
adalah dengan mengikuti perkembangan zaman yang ada seperti pariwisata 4.0.
Pariwisata 4.0 ini masih menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia dalam
beberapa tahun belakangan. Secara singkat pariwisata 4.0 merupakan penerapan
industri 4.0 yang berarti menggunakan teknologi yang ada untuk mengembangkan
pariwisata. Pemerintah Indonesia sendiri sudah mencanangkan pariwisata berbasis
digital ini pada tahun 2018 saat masih dipimpin oleh Bapak Arief Yahya. Ia memberikan tiga jargon
penting dalam mendukung digitalisasi pariwisata yaitu: (1) The more digital,
the more personal, (2) The more digital, the more profesional, dan
(3) The more digital, the more global. Secara singkat dengan
digitalisasi di pariwisata maka kita dapat menjangkau calon wisatawan secara lebih
personal seperti demografi, psikografi, perilaku konsumen secara efektif dan
terukur sehingga dapat menerapkan strategi untuk pengembangan pariwisata
kedepannya. Selain itu juga kita dapat menjangkau lebih banyak pasar di seluruh
dunia dengan mendigitalisasi pariwisata. Dengan adanya pariwisata 4.0 berbagai
peluang lainnya untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia juga muncul. Karena
dengan teknologi calon wisatawan dapat dengan mudah mencari informasi tentang
produk-produk wisata dan destinasi wisata dengan mudah dan mendetail. Selain
itu setiap pelaku wisata dapat menggunakan teknologi yang ada untuk berkembang
seperti contohnya memasarkan produk atau destinasi wisatanya secara daring
sehingga dapat menjangkau pasar secara lebih luas. Keuntungan bagi pelaku dalam
menjalankan pariwisata berbasis digital menurut Kotler dan Amstrong, 2005 adalah:
1.
Alat yang sangat kuat untuk
membangun hubungan dengan konsumen.
2.
Rendah biaya, efisien, dan
cepat.
3.
Lebih fleksibel.
4.
Siap untuk mencapai pasar
global.
Namun
kemunculan pariwisata 4.0 tidak selamanya mulus, karena diikuti oleh tantangan
dalam pengembangannya. Salah satu
tantangannya adalah infrastruktur untuk mengakses internet yang belum merata
khususnya pada daerah yang jauh dari kota. Selain itu tantangan SDM juga
menjadi suatu aspek yang harus diperhitungkan. Tidak semuanya dapat dengan
lancar menggunakan teknologi khususnya pada pelaku wisata yang sudah berumur
maupun berada di wilayah yang cukup jauh dari kota. Selain terdapat juga
pemasaran digital yang tidak tepat sasaran. Dalam menghadapi tantangan ini
Wakil Menteri KEMENPAREKRAF berkata bahwa akan dilakukan kolaborasi lintas
lembaga untuk menyelesaikan permasalahan. Selain itu untuk meningkatkan SDM
tidak hanya melalui institusi formal namun bisa melalui pelatihan vokasional
yang bersertifikat internasional dan diakui oleh industri. Hal yang berkaitan
dengan citra promosi digital maka harus dilakukan mikro targeting yang tepat
sasaran sebagai contoh promosi untuk pencinta selam bukan hiking begitu pula
sebaliknya.
Di Jakarta sendiri sebagai ibu kota
negara tentu akan menjadi salah satu tempat pertama dalam menerima perubahan
yang ada. Sebagai salah satu contohnya adalah kemunculan aplikasi super apps
yang ada seperti Traveloka, Tiket.com, Pegipegi dan lainnya. Contoh lainnya
adalah aplikasi untuk memesan hotel secara digital yang merupakan gabungan dari
berbagai hotel kecil yakni RedDoorz. Aplikasi ini pertama kali dapat digunakan
di Jakarta pada bulan Oktober 2015 baru selanjutnya mulai tersebar ke berbagai
kota di Indonesia.
Asisten
Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur. 2018. Digital Tourism,
Diklat Online Kementerian Pariwisata. Kementerian Pariwisata.
Hidayah Nurdin. 2019. Tourism 4.0 (Pariwisata
4.0): Konsep & Contoh Lengkap Menurut Para Ahli. https://pemasaranpariwisata.com/2019/12/07/tourism-4-0/ (Diakses pada 19 Mei 2021).
Kotler, Philip, 2000, Marketing Management.
Edisi Milenium, Prentice Hall Intl, Inc New Jersey.
Kumparan. 2019. Strategi Wamenparekraf
Hadapi Tantangan Pariwisata di Era Digital. https://kumparan.com/kumparantravel/strategi-wamenparekraf-hadapi-tantangan-pariwisata-di-era-digital-1sRQwwzmWpm (Diakses pada 19 Mei 2021).
Petriella Yanita. 2019. Mulai OYO, Airy, Hingga
RedDoorz; Simak Tren Virtual Hotel Operator di Indonesia. https://m.bisnis.com/amp/read/20190708/12/1121417/mulai-oyo-airy-hingga-reddoorz-simak-tren-virtual-hotel-operator-di-indonesia (Diakses pada 19 Mei 2021).
Tim Publikasi Katadata. 2021. Menparekraf:
Kontribusi Pariwisata Ditargetkan 12 Persen dari PDB. https://katadata.co.id/amp/doddyrosadi/berita/6058264566a4b/menparekraf-kontribusi-pariwisata-ditargetkan-12-persen-dari-pdb (Diakses pada 19 Mei 2021).
Comments
Post a Comment