Era Baru Industri Pariwisata
(Sumber
Gambar: www.jambi-independent.co.id)
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis di
Indonesia dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah
melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan sektor pariwisata karena sektor
pariwisata memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan
tenaga kerja. Sektor pariwisata sebagai suatu kegiatan ekonomi yang memiliki
mata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak menampung kesempatan kerja
bagi masyarakat sekitarnya. Berkembangnya sektor pariwisata juga menyebabkan
pendapatan masyarakat meningkat, dari hasil penjualan barang dan jasa yang
meliputi komponen penting bagi pariwisata. Pariwisata sebagai salah satu sektor
penting harus dapat terus berkembang mengikuti perkembangan zaman, salah
satunya berupa digitalisasi. Perkembangan digital saat ini semakin memudahkan
kita dalam melakukan berbagai hal sehari-hari. Fenomena ini dilatarbelakangi
oleh perilaku konsumen yang semakin digital, dimana mereka yang merupakan
generasi millennial dan generasi z semakin besar jumlah dan pengaruhnya. Oleh
karena itu adanya istilah “Always Connected Travellers” yang memiliki
arti dimanapun dan kapanpun wisatawan akan selalu terhubung melalui aplikasi
atau gawai mereka.
Mantan
menteri pariwisata, Arief Yahya memberikan tiga jargon penting dalam mendukung
digitalisasi pariwisata yaitu: (1) The more digital, the more personal, (2)
The more digital, the more profesional, dan (3) The more digital, the
more global. Yang pertama maksudnya adalah semakin digital kita dalam
menetapkan strategi dan promosi pariwisata baik melalui aplikasi maupun gawai
kita dapat menggapai konsumen secara personal seperti demografi, psikografi,
perilaku konsumen secara efektif dan terukur. Maksud dari jargon kedua adalah
semakin digital kita maka cara kerja kita akan semakin profesional dalam
menarik wisatawan. Sebagai contohnya seperti menggunakan big data untuk
mendapatkan wawasan perilaku wisatawan secara lebih presisi. Jargon yang
terakhir maksudnya adalah semakin digital kita maka kita akan dapat menjangkau
pasar dari berbagai negara. Karena setelah menggunakan platform digital
maka segala informasi tentang pariwisata di Indonesia dapat dilihat oleh semua
orang dimanapun dan kapanpun. Program digitalisasi pariwisata ini merupakan
salah satu program utama bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Terdapat
tiga program inisiatif Kemenparekraf terkait dengan digitalisasi pariwisata,
yaitu MIS (Management Information System), CIS (Customer Information
System), dan Indonesia Travel Exchange. Implementasi dari MIS
sendiri sudah dilaksanakan di War Room dimana para peracik strategi
berdiskusi untuk bersaing sekaligus menjalankan fungsi intelijen. Ruangan ini
terdapat di lantai 16 gedung Sapta Pesona dengan dilengkapi oleh layar-layar
digital yang menampilkan informasi real time tentang kondisi pasar,
perilaku konsumen, dinamika pesaing, calendar event, dan lainnya. Berdasarkan
data tersebut dapat diambil keputusan yang cepat, tepat dan presisi. Dalam
implementasi CIS perlu dipertimbangkan tiga hal yaitu perubahan perilaku
konsumen, look-book-pay, dan booking-portal. Kebiasaan wisatawan
saat ini adalah untuk mencari informasi secara online (look) kemudian
memesan paket wisata secara online (book) dan membayarnya secara online
(pay). Mengikuti perilaku konsumen yang semakin digital maka muncul
Indonesia Tourism Exchange atau yang disingkat ITX yaitu sebuah tempat marketplace
online yang mempertemukan permintaan dan penawaran dalam pariwisata. Dalam platform
inilah unsur airlines (penerbangan), accommodation (akomodasi),
dan attraction (atraksi wisata) digabungkan menjadi sebuah paket wisata.
Dengan adanya platform ini maka maskapai, hotel, dan objek wisata dapat
memasarkan jasanya bagi semua orang.
Video
Daftar Pustaka:
Asisten Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur. 2018.
Digital Tourism, Diklat Online Kementerian Pariwisata. Kementerian
Pariwisata.
Penulis: Matthew Javier Wijaya
Kamis, 20 April 2021
Comments
Post a Comment