Kebijakan Pembangunan Pariwisata Labuan Bajo
Gambaran Umum Pariwisata Labuan Bajo
Labuan Bajo yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur
merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pariwisata di Indonesia. Labuan Bajo
mulai dikenal masyarakat seiring dengan ditemukanya habitat Hewan Komodo yang
berada di Taman Nasional Komodo (TNK) daerah Labuan Bajo. Letak Pulau Bajo sendiri
berada di sebelah barat Kota Labuan Bajo, dan secara geografis terletak pada posisi 080
derajat 29’ 16” LS dan 119 derajat 52’ 10” BT. Pulau Bajo sendiri merupakan salah satu
dari gugusan pulau-pulau kecil yang berada di sekitar Kota Labuan Bajo dan Kabupaten
Manggarai Barat pada umumnya. Labuan Bajo memiliki wilayah wisata bahari yang
menjadi kekuatan utama mereka dalam bidang atraksi wisata. Kondisi geografis daya tarik
pariwisata di Labuan Bajo yang sebagian besar ada pada gugusan pulau-pulau kecil ini
menjadi sangat unik. Keberadaaan bukit-bukit di wilayah daratanya juga menjadi kawasan
geografis yang menarik. Labuan Bajo merupakan kawasan kars yang hanya dipenuhi
dengan padang savanna serta beberapa pepohonan kas Nusa Tenggara Timur yaitu pohon
lontar. Kondisi geografis yang merupakan perpaduan antara perbukitan padang savanna
dan wilayah pantai menjadi landscape yang sangat menarik di Labuan Bajo.
Labuan Bajo juga merupakan Ibu Kota kabupaten Manggarai Barat yang baru dibentuk
sejak tahun 2003. Sebagai ibu kota kabupaten, Labuan Bajo menjadi pusat kegiatan
perkantoran dengan mobilitas masyarakat tinggi. Pusat perkantoran dan instansi
kepemerintahan kabupaten Manggarai Barat sebagian besar terintegrasi di wilayah Labuan
Bajo. Sebagai pusat kota yang sudah menggarap pariwisata sebagai leading sector, di
Labuan bajo juga tersebar begitu banyak akomodasi wisata dan usaha jasa pariwisata
dengan kepemilikan lokal maupun non lokal. Kedaan ini berdampak pada kondisi sosial
ekonomi masyarakat Labuan Bajo. Sebagaian besar masyarakat angkatan kerja Labuan
Bajo bekerja pada sektor priwisata, kemudian disusul oleh intansi kepemerintahan, sektor
perikanan, dan pertanian. Secara demografi sebagian besar penduduk manggarai Barat
beragama Khatolik dengan presentase 78,16%, Kristen Protestan 0,77 %, Islam 20,98%,
dan selebihnya Hindu 0,08% dan Buddha 0,01% (BPS Manggarai Barat 2019).
Labuan Bajo merupakan sebuah kota nelayan yang terletak di ujung pulau Flores, Nusa
Tenggara Timur Indonesia. Namun kini Labuan Bajo bukan hanya sebagai kota nelayan,
tetapi juga menjadi pusat aktivitas pariwisata yang menunjang kegiatan wisata di pulau
Flores. Karena Labuan Bajo merupakan pintu gerbang atau gate way bagi wisatawan yang
akan melanjutkan perjalanannya menuju ke pulau komodo, untuk melihat spesies kadal
terbesar di dunia yang hanya ada di Indonesia tersebut. Dan kini, potensi-potensi wisata
lain yang berada di Labuan Bajo turut berkembang. Bahkan kini Labuan Bajo termasuk ke
dalam 10 Destinasi Prioritas Kementrian Pariwisata. Destinasi Prioritas merupakan salah
satu strategi dari Kementrian Pariwisata untuk mendongkrak kunjungan wisatawan agar
dapat mencapai target knjungan wisatawan Kementrian Pariwisata yaitu 20 Juta wisatawan
mancanegara (wisman) dan 225 juta pergerakan wisatawan nusantara (wisnus), yaitu
dengan cara memfokuskan pengembangan pariwisata baik secara daya tarik, akses,
maupun amenitas di ke-10 Destinasi Pariwisata tersebut. Menpar menyebutkan, Labuan
Bajo telah ditetapkan sebagai prioritas pengembangan bersama 9 destinasi lainnya.
Visi dan Misi yang dimiliki Pariwisata Labuan Bajo adalah:
Visi:
Visi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat
melalui pembangunan kepariwisataan yang berbasisis kerakyatan/ masyarakat di
Kabupaten Manggarai Barat dan bertumpu pada eko wisata, kekhasan serta keunikan
budaya.
Misi:
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, setiap instansi pemerintah harus
mempunyai misi yang jelas. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi
pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada
suatu fokus. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya dan
bagaimana melaksanakannya.
Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah sebagai berikut :
- Penataan obyek dan daya tarik wisata
- Pemberdayaan masyarakat lokal
- Optimalisasi promosi
- Pemberdayaan kelembagaan pariwisata
- Peningkatan pengelolaan, pelestarian dan pengembangan asset-asset budaya
- Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata
Perkembangan Pariwisata Labuan Bajo
Potensi pariwisata di destinasi pariwisata Labuan Bajo meliputi potensi fisik dan non
fisik. dimana potensi fisik yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berwujud sehingga
dapat disaksikan langsung sebagai daya tarik wisata, sedangkan potensi non fisik yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang tidak berwujud namun dapat berpengaruh positif
dalam mendukung pengembangan pariwisata di destinasi pariwsata Labuan Bajo. Citra
Labuan Bajo sebagai destinasi kelas dunia merupakan hal positif yang mendukung
pengembangan pariwisata. Hal ini tidak terlepas dari dinobatkanya varanus komodoensis
sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Sejak penetapan itu wisatawan mancanegara
beramai-ramai mengunjungi Labuan Bajo. Hal ini turut mengundang perhatian sejumlah
public figur tersohor yang berasal dari kalangan pesepak bola, pembalab, dan artis
Hollywood. Semuanya ini merupakan hal positif yang turut mendongkrak citra dan
popularitas Labuan Bajo sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Pelabuhan Ferry Labuan Bajo merupakan salah satu pusat keramaian, karena letaknya
yang cukup strategis, yaitu dekat dengan tempat penjualan ikan (TPI), pertokoan, dan
tempat makan yang selalu ramai dikunjungi pengunjung. Selain untuk kapal penumpang,
Kapal Ferry juga bisa memuat kendaraan yang berjalan masuk ke dalam kapal dengan
penggerakya sendiri dan bisa keluar dengan sendiri juga seperti : truk, mobil penumpang
dan sepeda motor, sehingga disebut sebagai kapal roll on – roll off atau disingkat Ro-Ro.
Ruang parkir di Pelabuhan Ferry Labuan Bajo bisa menampung truk-truk, mobil
penumpang dan sepeda motor. Tetapi dalam keadaan tertentu, misalnya cuaca buruk yang
memungkinkan kapal tidak jadi berlayar atau keberangkatan diundur sampai cuaca kembali
normal, ruang parkir di pelabuhan ferry penuh, karena semakin banyak truk-truk yang
datang ke pelabuhan ferry untuk berlayar.
Isu yang Terdapat dalam Perkembangan Wisata Labuan Bajo
Labuan Bajo yang terletak di NTT merupakan salah satu dari sepuluh Bali Baru yang
digagaskan oleh pemerintah. Penuh dengan potensi pariwisata diikuti dengan keindahan
alamnya, tidak bisa dipungkiri bahwa Labuan Bajo memiliki masa depan yang cerah dalam
pariwisata. Labuan Bajo akan diarahkan untuk pengembangan wisata premium khususnya
Pulau Komodo menurut Integrated Tourism Master Plan (ITMP) Labuan Bajo. Penetapan
wisata premium ini muncul sesuai dengan arahan yang diberikan oleh Presiden Negara
Republik Indonesia, Joko Widodo. ITMP akan disusun pada 2020-2021 dan akan berfungsi
sebagai panduan bagi pemangku kepentingan untuk mempercepat pengembangan.
Destinasi Pariwisata Prioritas secara terpadu dalam aspek-aspek kepariwisataan,
infrastruktur, kehutanan, kemaritiman, tata ruang dan investasi yang selaras dengan
perkembangan wilayah secara keseluruhan. Sayangnya pengembangan ini tidak terlepas
dari isu-isu yang ada. Menurut Jokowi "Masih ada problem pengaturan dan pengendalian
tata ruang yang masih kita benahi. Terakhir ada masalah di Sulawesi Utara juga di Labuan
Bajo, yang kita harapkan di Toba yang saya lihat juga masih ada," (Dilansir dari
Suara.com). Tidak hanya itu saja, masalah akses konektivitas menuju ke destinasi wisata
masih perlu banyak di benahi termasuk diantaranya terminal, bandara, landasan pacu
(runway) yang masih kurang panjang, konektivitas jalan menuju ke tujuan wisata, dan
berkaitan dengan dermaga pelabuhan.
Dalam mengatasi isu tersebut, Ia menginstruksikan kepada Menteri Perhubungan agar
dapat menyelesaikan persoalan tersebut. Selain itu Presiden juga menyoroti masalah
fasilitas yang tersedia di lokasi wisata baru untuk dibenahi. Ia meminta agar pemerintah
provinsi setempat dapat langsung turun tangan mengatasi isu seperti penataan pedagang
kaki lima, restoran kecil, standar toilet sehingga wisatawan yang datang akan bisa dilayani
dengan baik dan ramah. Kepala Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat
Augustinus Rinus juga menyebutkan isu lainnya dalam pengembangan pariwisata ini
adalah masalah harga tiket pesawat yang mahal, ketersediaan sumber daya manusia yang
sedikit, masalah sampah plastik di laut yang membuat wisatawan enggan kembali.
Harga tiket pesawat yang mahal yang sempat menyebabkan penurunan kunjungan
wisatawan sebanyak 35% pada tahun 2016 oleh karenanya perlu adanya kerjasama
pemerintah daerah dan pusat untuk alokasi anggaran dalam rangka penataan. Selain itu,
akan segera diperluas lagi Bandara Internasional Komodo beserta Pelabuhan Internasional
di kawasan ini guna menunjang kemudahan akses menuju wisata Komodo. Untuk masalah
SDM yang terbatas, untuk saat ini masih sedikitnya politeknik atau vokasi khusus
pariwisata di Labuan Bajo. Sehingga pemerintah kabupaten Manggarai Barat melakukan
kerjasama dengan Universitas Udayana melalui Sekolah Pariwisata dan Budaya Bali untuk
memberikan pelatihan dan pendampingan.
Penggunaan SDM lokal dianggap penting untuk memajukan pariwisata di Labuan Bajo
sehingga dampak ekonomi dapat terasa langsung di masyarakat. Tidak hanya itu,
penggunaan keterlibatan masyarakat merupakan salah satu unsur dalam mengimplikasikan
pariwisata berkelanjutan. Perihal masalah sampah, Augustinus menyatakan masih sulit
dalam membangun kesadaran dan kerjasama lintas instansi beserta masyarakat setempat.
Alhasil, 38% dari wisman yang datang ke Labuan Bajo memberikan kritik atas pengelolaan
sampah plastik yang belum berjalan dengan optimal. Padahal, dalam satu hari, rata-rata
produksi sampah di Labuan Bajo sudah mencapai 14 ton. Ia berkata “Pemerintah pusat
sudah banyak membantu dengan program TPA sanitari, dari sisi sarana dan prasarana
sudah cukup, ada pusat daur ulang sampah. Tapi sisi manajemen ini yang masih harus
diubah.
Isu Pembangunan Jurassic Park
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menata dan
mengembangkan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan
Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu kawasan yang akan mengalami perubahan
desain secara signifikan adalah Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat. Pulau ini bakal
disulap menjadi destinasi wisata premium dengan pendekatan konsep geopark atau wilayah
terpadu yang mengedepankan perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara
yang berkelanjutan.
Melalui Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR telah menganggarkan Rp 52 miliar
untuk menata kawasan Pulau Rinca yang meliputi bangunan pusat informasi, sentra
souvenir, kafe, dan toilet publik. Kemudian dibangun pula kantor pengelola kawasan, selfie
spot, klinik, gudang, ruang terbuka publik, penginapan untuk peneliti dan pemandu wisata
(ranger). Area trekking untuk pejalan kaki dan shelter pengunjung didesain melayang atau
elevated, agar tidak mengganggu lalu lintas Komodo. Selain itu, untuk meningkatkan
kualitas dermaga di Pulau Rinca, dibangun sarana dan prasarana pengaman pantai dan
dermaga Loh Buaya dengan biaya Rp 56 miliar yang akan dilaksanakan oleh Ditjen
Sumber Daya Air pada tahun 2020 ini.
Melihat hal itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nur Hidayati
menilai, pembangunan proyek "Jurassic Park" tidak berbasis keilmuan. Menurut dia, alihalih melestarikan komodo dan habitat alaminya, pembangunan tersebut justru akan
membuat komodo tersiksa. Selain berdampak pada kelangsungan habitat dan hidup
komodo, pembangunan Jurassic Park, proyek ini juga memiliki dampak pada masyarakat
sekitar karena mereka akan merasa terasingkan dari kampung halaman sendiri. Banyak
kegiatan para komodo yang merupakan rutinitas setiap hari akan terganggu bila
pembangunan dilakukan. Contohnya: komodo yang sedang berjemur pagi mungkin akan
ketakutan atau terganggu ketika mendengar suara truk yang sedang membawa barangbarang pembangunan. Masyarakat juga akan merasa terganggu oleh proyek sebesar ini,
karena mungkin bisa terjadi penutupan jalan sementara yang bisa saja menganggu usaha
atau dagangan dari masyarakat sekitar.
Solusinya adalah menjadikan Pulau Komodo sebagai daerah konservasi dan bukan
sebuah destinasi untuk Mass Tourism karena Komodo juga merupakan salah satu hewan
10
yang terancam punah dengan sekitar 3000 ekor yang tersisa seluruh dunia, University of
Adelaide memprediksikan kepunahan para komodo dalam 50 tahun. Alasan lainnya adalah
karena komodo sebagai hewan liar yang kemungkinan besar tidak terlalu nyaman bila
mendapat banyak perhatian manusia. Komodo juga merupakan hewan berdarah dingin jadi
perilaku dari komodo sendiri tidak dapat diprediksi meskipun sudah ada pawangnya. Tidak
hanya itu, komodo juga memiliki bisa yang dapat dibilang fatal bila terkena darah manusia,
bahaya yang diberikan akan menimbulkan lebih banyak masalah. Oleh karena itu, lebih
baik untuk mendirikan sebuah daerah konservasi daripada mendirikan sebuah tempat untuk
mass tourism.
Tantangan dan Kebijakan Pemerintah terhadap Isu-Isu
Tantangan utama untuk menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi kelas premium yaitu
penyiapan sumber daya manusia yang unggul di sektor pariwisata. Kepala Dinas Pariwisata
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Wayan Darmawa mengingatkan pentingnya
mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas seiring pesatnya proses
pembangunan pariwisata di Labuan Bajo. “Sebagai salah satu destinasi yang diharapkan
betumbuh lebih cepat, tentu kita juga mengantisipasi pemerintah daerah menyiapkan
sumber daya manusianya,” kata Wayan dalam Konferensi Pers Virtual Progres
Pengembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo, Jumat
(19/2/2021). Terkait hal itu, Provinsi NTT salah satunya memberi dukungan lewat
penyediaan alokasi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
pengembangan SDM tersebut.
Wayan menjelaskan, pihak Pemprov NTT telah melakukan kolaborasi dengan asosiasi
industri pariwisata dan juga Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) terkait verifikasi kompetensi pelaku industri pariwisata disana.
“Sehingga secara bertahap kesiapan SDM mengantisipasi lompatan pembangunan
pariwisata yang ada bisa kita persiapkan. Sehingga tidak ada loses sumber daya atau nilai
tambah ke luar. Bagaimana agar masyarakat menangkap peluang yang ada,” jelas Wayan.
Selain melakukan verifikasi kompetensi pelaku industri pariwisata, Pemprov NTT juga
telah melakukan berbagai kerjasama dengan pihak-pihak swasta, termasuk perbankan di
NTT. “Jadi bisa memberikan dukungan, pelatihan-pelatihan, termasuk fasilitasi
permodalan,” ujar Wayan. Gubernur NTT Viktor Laiksodat, imbuh Wayan, memprakarsai program pemberian kredit merdeka untuk para pengusaha kecil tanpa adanya bunga.
“Sebagai awal dari persiapan antisipasi perkembangan pariwisata, yang di Provinsi NTT
ditetapkan sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi daerah,” sambung dia.
Pentingnya pengembangan SDM juga disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten
Manggarai Barat Agustinus Rinus dalam kesempatan yang sama. Menurutnya, persiapan
SDM di Labuan Bajo ini menjadi tantangan utama. Berdasarkan data yang ia jabarkan, dari
sekitar 274 ribu penduduk Kabupaten Manggarai Barat, sekitar 60 persennya hanya
memiliki ijazah SD ke bawah. Dengan pelabelan Labuan Bajo sebagai wisata super
premium atau super prioritas, ini menjadi tantangan berat,” tambah Agustinus. Salah satu
saran yang dia sampaikan untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah adanya
pembangunan politeknik pariwisata negeri di Labuan Bajo agar masyarakat disana bisa
menempuh pendidikan seputar pariwisata di rumah mereka sendiri.
Selain itu, pada tahun 2019 pihak pemerintah terus mempersiapkan Sumber Daya
Manusia lokal yang tidak hanya menjadi pekerja tetapi juga wirausahawan di sektor
pariwisata. Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) telah melakukan
rangkaian pelatihan kompetensi, sertifikasi profesi, dan gerakan sadar wisata bagi
masyarakat setempat. Kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi
sumber daya manusia agar dapat melayani para wisatawan domestik dan mancanegara.
Hambatan Pembangunan Pariwisata Di Labuan Bajo
Pengembangan pariwisata di destinasi pariwisata di labuan bajo, , terindikasi masih
berhadapan dengan kendala yang bersifat mendasar. Kendala tersebut berada pada empat
pilar wajib sebuah destinasi pariwisata yang meliputi atraksi wisata, aksesbilitas, amenitas,
dan ancillary atau kelembagaan. Berikut merupakan penjabaran mengenai kendala
pengembangan pariwisata di destinasi pariwisata Labuan Bajo.
1. Kendala pengembangan atraksi wisata
Berwisata ke Labuan Bajo identik dengan melihat komodo dan pulau padar adalah
pandangan yang salah. Labuan Bajo masih memiliki potensi wisata yang begitu
banyak untuk dijadikan sebagai atraksi wisata. Namun segala potensi ini kemudian
menjadi tidak optimal karena pengembagannya masih berhadapan dengan banyak
kendala. Adapun beberapa kendala yang ditemukan adalah sebagai berikut:
- Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah untuk pengembangan pariwisata
- Ego sektoral dalam pengelolaan pariwisata
- SDM yang berasal dari masyarakat lokal belum mumpuni dalam pengembangan atraksi wisata
2. Kendala pengembangan aksesbilitas
Ketersediaan dan kemudahan akasesbilitas merupakan syarat pengembangan
sebuah destinasi. Aksesbilitas yang baik akan membuka jaringan perekonomian
baru serta dapat menumbuhkan investasi dalam bidang pariwisata. Adapun
beberapa kendala pengembangan aksesbilitas di destinasi pariwisata Labuan Bajo
dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Kondisi Geografis, wisata bahari merupakan kekuatan utama atraksi wisata alam di Labuan Bajo. Kondisi geografis berupa pulau-pulau kecil yang berada di wilayah perairan Labuan Bajo menjadi tantangan dalam pengembangan aksesbilitas. Satu-satunya cara untuk menjangkau daya tarik yang berada di pulau-pulau tersebut adalah dengan perahu atau kapal pinisi yang hargaya cukup bervariasi dari yang murah sampai yang mahal. Harga yang dipatok oleh pemilik kapal bergantung pada fasilitas yang disediakan. Hampir pasti bahwa untuk membangun koneksi berupa jalan raya sebagai penghubung antar pulau adalah suatu hal yang mustahil karena akan memakan biaya yang tinggi.
- Jarak antara potensi wisata yang berjauhan, jarak antara potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata merupakan kendala tersendiri dalam pengembangan aksesbilitas pariwisata di Labuan Bajo. Apalagi jika lokasi dari potensi wisata tersebut berada pada wilayah yang belum diakses sama sekali sebelumnya. Seperti yang terjadi pada situs Megalitik Batu Balok yang letaknya kurang lebih 10 km dari kota Labuan Bajo, yang belum ada aksesnya sama sekali. Dengan dukungan dana yang sedikit, Pemerintah Daerah tidak bisa membuka akses khusus 13 untuk pariwisata karena aksesbilitas merupakan kebutuhan kolektif dan harus menjadi prasarana umum yang pemanfaatanya tidak bisa dikuhususkan hanya untuk pariwisata. Atau harus menyatu dengan aktivitas umum masyarakat.
3. Kendala pengembangan Amenitas
Amenitas berkaitan dengan bebagai fasilitas pendukung sebuah destinasi guna
memenuhi kebutuhan wisatawan. Bentuknya dapat berupa restoran atau warung
untuk makan dan minum. Untuk dilabuan bajo sendiri, kendala mengenai
pengembangan aminetas terletak pada tata ruang dan tata wilayah perkotaanya.
Pembagian zona usaha di labuan bajo belum teratur dengan baik misalnya zona
untuk pertokoan sendiri, untuk hotel dan restoran tersendiri, usaha travel agen
tersendiri, pemukiman tersendiri, dan usaha lainnya juga tersendiri. Pembagian
zona seperti ini belum terpikirkan oleh pemerintah daerah Labuan Bajo sehingga
tidak jarang ada hotel megah dibangun di tengah permukiman warga. Begitu pula
toko bangunan yang bersebelahan dengan restaurant menjadi pemandangan yang
lumrah di Labuan Bajo dan kebanyakan tidak memiliki lahan parkir sendiri
sehingga memanfaatkan setengah badan jalan sebagai area parkir.
4. Kendala kelembagaan anciliarry
Kelembagaan berkaitan dengan SDM yang mengurus sebuah destinasi agar
berjalan sesuai dengan tujuan. Tugas mereka adalah mengelola sebuah destinasi
agar bermanfaat dan memeberikan keuntungan kepada pihak terkait seperti
masyarakat, pemerintah, wisatawan, lingkungan, dan para stakeholder lainya.
Keberadaanya pada sebuah destinasi merupakan suatu hal yang diwajibkan karena
mereka akan bertanggung jawab terhadap perencanaan, pembangunan,
pengembangan, dan pengelolaan sebuah destinasi. Untuk kasus Labuan Bajo ada
beberapa kendala mengenai pengembangan ancillary yang akan dijabarkan sebagai
berikut:
- Ketidaksesuaian Visi Misi Antara Pemerintah.
- Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah.
- Belum ada karakter sadar wisata dari masyarakat
Prospek Pembangunan Pariwisata Kedepannya
DPC Asita Manggarai Barat, Servasius Irawan Budi Setiawan Sabtu (16/5/2020)
memaparkan beberapa tantangan pariwisata Manggarai Barat pasca COVID-19 dari
wisatawan mancanegara dan nusantara. Servasius menjelaskan tren pariwisata pasca
pandemi diantaranya mewajibkan destinasi untuk memiliki standar pelayanan kesehatan
tinggi, melakukan kegiatan perjalanan dalam kelompok kecil serta menghindari perjalanan
tergabung dengan individu lain yang tidak diketahui latar belakangnya. Sedangkan
pelayanan infrastuktur kesehatan di Labuan Bajo menjadi tantangan pemerintah kabupaten
dan dunia usaha. Pemerintan daerah mesti mampu meningkatkan standar pelayanan
kesehatan medis. Wisatawan juga sebutnya akan menghindari share trip serta staycation
dan tourism buble menjadi tantangan bagi kunjungan wisatawan mancanegara di
Indonesia. “Negara yamg terpapar tingggi COVID-19, adalah negara top ten kunjungan
wisatawan di Labuan Bajo. Industri Pariwisata harus menerapkan layanan usaha berbasis
berstandar pencegahan COVID-19,” ungkapnya. Servasius juga memperkirakan tingkat
kunjungan wisatawan menurun, sehingga pemerintah daerah harus mampu menciptakan
regulasi terkait manta rantai manfaat kunjungan wisatawan. Misalnya sebut dia,
penjemputan dan pengantaran tamu diserahkan ke penyedia jasa transportasi darat dan
sebagainya, agar manfaat pariwisata dapat dirasakan oleh semua level baik yang bermodal
besar maupun kecil.
Dukung Konservasi Country Manager Indonesia, Divers Alert Network (DAN) Rendra
Hertiadi juga mengulas berbagai tantangan pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat
khususnya di Labuan Bajo pasca pandemi dan pemberlakuan new normal.
Kapasitas daya tampung, misalnya kapasitas kapal atau kapasitas land based sebut Rendra
harus diturunkan agar physical distancing tetap terjaga. Perlu disinfektanisasi peralatan
selam dan dive center dimana ini ucapnya, menjadi tantangan bagi dive center karena akan
menjadi beban tambahan. Selain itu tambahnya, akan muncul New Culture di industri
wisata selam di Indonesia. Dia mencontohkan, kemungkinan premium service tidak ada
lagi, pada new culture dalam industry selam nanti setiap tamu akan mempersiapkan sendiri
peralatan, membawa, memakai dan mencuci sendiri peralatannya. “Ini akan menjadi
tantangan tersendiri pada wisatawan nusantara yang terbiasa dengan pelayanan.Kesiapan
Pemda Manggarai Barat untuk menangani seandainya terjadi penularan COVID-19 sangat
diperlukan,” tegasnya.
CEO Spice Island Dive Resort Ambon ini menambahkan wisatawan juga ingin
kepastian bahwa operator selam siap beroperasi dengan protokol dan prosedur kesehatan
yang tepat. Tegas Rendra, akan berupaya semaksimal mungkin agar protokol kesehatan
dapat terpenuhi sehingga wisata selam dapat berjalan lagi. “Butuh komitmen dari seluruh
operator selam dalam mengikuti protokol kesehatan.Panduan bagaimana memulai bisnis
wisata selam pasca pandemic sudah dibuat oleh DAN dan sudah diadaptasi oleh agency,”
jelasnya. Ketua Harian Gabungan Pengusaha Pariwisata Tirta dan Bahari (Gahawisri)
Labuan Bajo, Aprita Prima Yuda meminta agar perpanjangan surat kapal secara otomatis
dan penundaan retribusi lokal bagi para pelaku bisnis di sektor pariwisata.
Aprita juga berharap ada pembebasan pajak pada saat pandemi dan masa pemulihan bagi
para pelaku bisnis di sektor pariwisata.Juga sarannya, ada kemudahan dalam melakukan
usaha di Labuan Bajo, khususnya tentang perizinan usaha, surat kapal, retribusi dan pajak.
“Sistem pembayaran tiket dan retribusi bagi pengunjung harus dilakukan secara online dan
satu pintu. Pemerintah dapat bekerja sama dengan penyedia layanan yang sudah ada seperti
GoPay atau OVO,” sarannya
Pelatihan profesional dan bersertifikat pinta Aprita, perlu dilakukan bagi para penyelam
untuk dapat melakukan survey berkala terkait kesehatan laut dan biotanya (koral, karang,
ikan, dan lain-lain). Hal ini sangat penting kata dia, karena Taman Nasional Komodo juga
terkenal sebagai salah satu tempat penyelaman terbaik di dunia. Selain itu
tegasnya, mooring buoy di perairan Taman Nasional dapat mendukung upaya konservasi.
Sumber:
- Lawi Katharina G. F. 2019. Jadi Wisata Premium, Labuan Bajo Perlu Banyak Pembenahan. https://bali.bisnis.com/read/20191210/537/1179707/jadi-wisata-premiumlabuan-bajo-perlu-banyak-pembenahan (Diakses pada tanggal 1 April 2021)
- Sulaiman. R dan Saleh. H. 2019. Kata Jokowi, Ini Masalah Pengembangan Wisata Labuan Bajo Hingga Danau Toba. https://www.suara.com/lifestyle/2019/07/15/225235/kata-jokowi-ini-masalahpengembangan-wisata-labuan-bajo-hingga-danau-toba?page=all (Diakses pada tanggal 1 April 2021)
- Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengembangan Labuan Bajo Ngebut, Persiapan SDM Penting Dilakukan", Klik untuk baca: https://travel.kompas.com/read/2021/02/23/101000927/pengembangan-labuan-bajongebut-persiapan-sdm-penting-dilakukan?page=all. Penulis : Syifa Nuri Khairunnisa (diakses 2 April 2021)
- Artikel “Tantangan untuk menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi kelas premium salah satunya yakni kesiapan SDM dan masyarakat untuk menerima percepatan pembangunan Labuan Bajo”https://ekonomi.bisnis.com/read/20190807/12/1133589/ambisi-labuan-bajo-menjadidestinasi-wisata-premium-indonesia. (diakses 2 April 2021)
- Syamsiyah Della Seina.2016.STP Bandung Program Studi Manajemen Artikel “Pariwisata Labuan Bajo” http://wonderfullabuanbajo.blogspot.com/2016/12/gambaranumum-labuan-bajo.html (diakes 3 April 2021)
- Sumber Data “Badan Pusat Statistik Manggarai Barat “ https://manggaraibaratkab.bps.go.id/indicator/16/35/1/pengunjung.html (diakses 3 April 2021)
Comments
Post a Comment