Perkembangan Pariwisata 4.0 di Indonesia dan Contohnya seperti yang diterapkan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan

 


Tourism 4.0 lahir seiring dengan mulai tersedianya big data perilaku travelers yang mampu dikumpulkan via apps dan sensor yang kemudian diolah untuk menciptakan seamless dan personalized travelling experience.

Seamless dan personalized experience itu bisa diwujudkan karena adanya peran teknologi-teknologi Revolusi Industri Keempat (4.0) yaitu: artificial intelligence, internet of things (IoT), big data analytics, robotics, augmented reality, cloud computingblockchain, dan sebagainya. Inilah berbagai teknologi yang kini sering disebut sebagai Teknologi 4.0.

Perkembangan Pariwisata Indonesia 4.0: Tantangan dan Peluangnya

Perkembangan Teknologi dan Informasi (TI) di era revolusi industri 4.0 mendorong adanya upaya adaptasi dari berbagai sektor dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Terutama sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang menjadi salah satu sektor tumpuan bagi pembangunan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, sektor ini harus mampu berdaptasi dengan derasnya laju digitalisasi agar tidak tertelan oleh ombak disrupsi.

Sektor parekraf sebagai sektor unggulan harus bergerak secara dinamis dalam menghadapi berbagai bentuk perubahan yang terjadi saat ini maupun yang akan terjadi di masa depan. Kemunculan pandemi COVID-19 dalam satu tahun terakhir ini, setidaknya cukup menjadi tantangan bagi pergerakan sektor parekraf nasional. Meskipun pada akhirnya, sektor ini harus lumpuh dan banyak dari para pelaku di dalamnya harus menelan kerugian. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat hingga akhir 2020 total kerugian sektor pariwisata mencapai lebih dari Rp10 triliun akibat pandemi COVID-19.

Sejauh ini, sektor parekraf masih sangat terdampak dengan adanya pandemic COVID-19. Pasalnya menurut Menparekraf, terdapat sekitar 30 juta lapangan pekerjaan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terdampak oleh pandemi COVID-19. Sehingga, akselerasi sektor ini pun harus terganggu dan perlu adanya upaya-upaya matang untuk membangkitkannya kembali.

Perkembangan TI menjadi celah yang bisa dioptimalkan perannya oleh pemerintah untuk mengembalikan sektor parekraf pada tren positifnya. Gerakan Digital Tourism menjadi salah satu bentuk adaptasi dari sektor ini untuk bisa pulih dari gejolak permasalahan yang ada. Melihat aktivitas wisata belum bisa dijalankan dengan normal dan harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Gerakan Digital Tourism merupakan salah satu strategi efektif dan efesien yang dapat digunakan dalam mempromosikan wisata dan produk-produk ekonomi kreatif (ekraf) melalui platform berbasis teknologi atau digital. Melalui gerakan ini, sektor parekraf akan punya ruang yang lebih luas dalam melakukan berbagai inovasi. Disamping itu, segala informasi terkait wisata dan ekraf bisa dikemas lebih menarik dan disebarkan secara masif melalui platform-plaform digital yang ada.

Lahirnya berbagai macam platform digital tumbuh menjadi peluang yang bisa dioptimalkan perannya dalam mendorong kemajuan sektor parekraf nasional. Terlebih menurut data Mastercard Indonesia masuk ke dalam salah satu negara yang punya peluang menjadi negara dengan ekonomi digital yang kuat dengan melihat potensi yang ada saat ini. Indonesia dapat memaksimalkan sektor parekraf melalui Gerakan Digital Tourism untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital nasional. Dengan memanfaatkan berbagai platform digital mulai dari startup digital, kegiatan e-commerce, financial technologi, On Demand Services (ODS) hingga logistik.

Gerakan Digital Tourism sekaligus menjadi gerakan kreatif sebagai upaya pengembangan sektor parekraf. Terlebih, pemerintah sedang menggodok program inovasi, adaptasi dan kolaborasi yang disinergikan dengan tiga program unggulan Menparekraf — Bedakan, Inkubasi dan Aksilarasi. — untuk pemulihan dan pengembangan sektor ini di tengah pandemi.

Inovasi, adaptasi dan kolaborasi di saat ini menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh pemerintah dan para pelaku parekraf. Upaya untuk menjawab tantangan dunia parekraf hanya dapat dilakukan dengan cara berinovasi. Pasalnya, dengan cara inilah, sektor parekraf akan terus memberikan kebaharuan bagi para komsumennya – masyarakat. Selain itu juga, kemampuan beradaptasi harus dilatih supaya gejolak yang datang kapan pun seperti COVID-19 ini bisa ditangani dengan baik. Kemudian yang juga perlu dilakukan adalah membangun konektivitas melalui kolaborasi dengan berbagai pihak agar pengembangan sektor wisata dan ekraf dapat berjalan dengan baik dan dinamis terhadap perkembangan yang sedang terjadi. Hal ini selaras dengan konsep Digital Tourism yang mendorong adanya inovasi, upaya adaptasi dan kolaborasi sektor pariwisata dengan memanfaatan perkembangan TI.

Tourism 4.0 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan


Digitalisasi pariwisata Sulawesi Selatan diwujudkan melalui aplikasi smartphone "Tourism Makassar" dan "Makassar Smart City". Melalui aplikasi Tourism Makassar, turis lokal maupun mancanegara bisa mendapat berbagai informasi penting seputar kota Makassar, seperti tempat-tempat wisata, informasi transportasi, kalender event-event di kota Makassar, dan mengenal kebudayaan lokal. Sementara aplikasi Makassar Smart City selain menampilkan tempat-tempat wisata di Makassar juga memiliki informasi berita dan layanan pengaduan.

Selain itu, pemerintah kota Makassar membuat branding "Sombere" dalam kampanye pariwisatanya. Sombere yang dalam bahasa Makassar artinya adalah keramahtamahan, kerendahan hati, dan persaudaraan. Itu menjadi bentuk muatan kultural Makassar dalam mendorong industri pariwisata dengan pemanfaatan teknologi digital. Contohnya adalah objek wisata yang menarik di Makassar dikemas dengan pemasaran yang menonjolkan sisi historis, sehingga memunculkan ikatan emosional antara turis dan obyek wisatanya.

Konsep smart city kota Makassar terdiri dari enam modul. Pertama, smart governance yakni mengoptimalkan pelayanan publik dari pemerintah kota.

Kedua, smart branding yakni meningkatkan kesadaran terhadap karakter kota, terutama untuk pariwisata. 

Ketiga, smart economy yakni membangun ekosistem yang baik dan mendorong less cash society.

Keempat, smart living yakni bagaimana menciptakan kehidupan yang nyaman dan meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan. 

Kelima, smart society yaitu membangun masyarakat yang interaktif dan humanis. 

Keenam, smart environment yakni mengurangi dan memanfaatkan sampah serta menciptakan sumber energi yang lebih baik.

Sumber:

https://old.kemenparekraf.go.id/post/ceo-message-62-tourism-40-adalah-millennial-tourism

https://genpi.id/gerakan-digital-tourism/

https://tekno.kompas.com/read/2016/04/30/09344417/Teknologi.Digital.Bantu.Promosikan.Pariwisata.Makassar?page=all

https://nasional.sindonews.com/berita/1295534/15/sombere-dan-smart-city-bawa-makassar-ke-global-trend


Penulis: ARJUNA

Comments

Post a Comment

Popular