Perkembangan Pariwisata 4.0 di Indonesia, Tantangan , Peluang dan Studi Kasus
Perkembangan
Teknologi 4.0 membawa perubahan secara global, seperti yang diketahui bahwa Revolusi
Industri 4.0 merupakan sebuah lompatan besar di sektor industri dimana
teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya guna mencapai
efisiensi yang setinggi-tingginya sehingga menghasilkan model bisnis baru
berbasis digital. Dalam sektor pariwisata pemanfaatan industri 4.0 dalam
teknologi sudah dilakukan sejak revolusi industri 4.0 sejak 2018 hingga kini. Penggunaan
teknologi canggih dalam Industri 4.0 telah memberikan efek yang sama terhadap
sektor pariwisata sehingga munculah istilah pariwisata 4.0. Pariwisata 4.0
(tourism 4.0) adalah pengembangan industri pariwisata dengan menggunakan
teknologi yang digunakan dalam industri 4.0 yang memungkinkan industri
pariwisata menjadi lebih cerdas (smart).
Istilah
pariwisata 4.0 (tourism 4.0) sebenarnya muncul dan berkembang dari kalangan
pemerintahan, professional serta praktisi. Berbeda dengan Smart Tourism
(pariwisata cerdas) dan Smart Destination dimana perkembangannya dikalangan akademisi
melalui riset-riset lebih banyak dibandingkan dengan pariwisata 4.0 (tourism
4.0). Implementasi pariwisata 4.0 sudah dilakukan di Negara-negara lain selain
di Indonesia, dimulai di Negara Eropa Portugal adalah negara yang disinyalir
menggunakan istilah tourism 4.0 ini pertama kali pada tahun 2016. Finlandia,
Italia, Spanyol dan Turki menjadi negara selanjutnya yang menggunakan istilah
ini. Sementara itu Spanyol adalah negara yang paling sukses mengembangkan
pendekatan ini (Saša Zupan Korže, 2019). Bagaimanakah dengan di Indonesia?
Berikut penjelasan perkembangan pariwisata 4.0.
Selain
di Eropa, beberapa negara di Asia Tenggara juga telah menggunakan istilah
pariwisata 4.0, seperti Thailand, Malaysia, termasuk Negara Indonesia. Menteri
Pariwisata periode 2014-2019 yaitu Arief Yahya mengungkapkan bahwa Pariwisata
4.0 adalah Millennial Tourism yang lahir seiring dengan teknologi big data,
perilaku traveler’s yang dikumpulkan via apps & sensor, diolah untuk
menciptakan seamless & personalized travelling experience. Dalam sebuah
jurnal penelitian “Strategi Pemasaran 4.0” dengan kutipan Saša Zupan Korže
(2019) mengungkapkan beberapa teknologi yang paling penting dalam ekosistem
teknologi tourism 4.0 dari Peceny, Urška Starc dkk di atas. Teknologi tersebut
yaitu IoT (Internet of Things), Big Data, Augmented Reality (AR), Virtual
Reality (VR), Technology-based Business Models, Mobile Technology, Artificial
Intelligent (AI) dan Robots.
Pariwisata
Indonesia menghadapi 4.0 dengan pemanfaatan seperti:
-
IoT (Internet
of Things) adalah segala teknologi yang terkoneksi dengan
internet, biasanya terdiri dari device, network dan application (DNA). Dengan
adanya teknologi ini, bermunculanlah wisatawan-wisatawan yang melakukan
perjalanan wisata secara mandiri yang biasa disebut dengan “Self-organised
holidays & independent travelers”. Sehingga perjalanan wisata akan mengarah
ke individual dan sangat personal (more individual & more personal) Seperti
contohnya: penggunaan Maps, dan pencarian informasi mengenai daerah kunjungan
sehingga memudahkan wisatawan kemudian penyedia jasa pariwisata dapat
dengan mudah memasuki pasar luar negeri dan menjangkau lebih banyak pelanggan,
serta sebaliknya pelanggan dapat dengan mudah menjangkau para penyedia jasa
pariwisata tersebut.
-
Big Data adalah data yang diperoleh dari
jejak-jejak digital wisatawan yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti
media sosial, tourist portals, aplikasi bisnis, chat bots dan lain-lain. Dengan
adanya big data ini, para pelaku di industri pariwisata seperti penyedia jasa
pariwisata atau pengelola destinasi dapat dengan mudah memperoleh data mengenai
perilaku wisatawan seperti pergerakannya, preferensinya, keputusan pembelian,
aktivitas yang dilakukan dan lain-lain.
-
Augmented Reality (AR) adalah bentuk
aplikasi yang penggunaannya sangat bergantung pada kebutuhan perangkat keras
tambahan, yaitu kamera inbuilt dari perangkat mobile (Smith 2015). Dalam
pariwisata 4.0, teknologi Augmented Reality ini dapat memungkinkan wisatawan
melakukan aktivitas seperti memesan hotel, mengakses informasi saat berada di
destinasi, menavigasi ke dan di sekitar destinasi, menterjemahkan tulisan atau
rambu-rambu serta percakapan, menemukan alternatif pilihan tempat makan dan
hiburan semua dapat dilakukan hanya melalui aplikasi pada perangkat seluler
atau smartphone. Oleh karena itu teknologi ini dapat merevolusi pengalaman
berwisata dari wisatawan menjadi lebih lancar & mudah (seamless),
interaktif, dan lebih simpel.
-
Dalam pariwisata 4.0, Virtual Reality
atau realitas maya sangat memiliki peran yang besar. Trend yang terlihat bahwa,
wisatawan mulai memperlihatkan minat yang besar terhadap teknologi ini, seiring
dengan tampat-tempat wisata yang mulai menggunakan teknologi ini sebagai
atraksi wisata buatan pengganti atraksi pada realitas nyata. Contohnya di
Guizou, Cina telah hadir taman bertema (theme park) yang menyuguhkan Hiburan
Virtual Reality terbesar di sana. Beberapa maskapai penerbangan seperti Quantas
juga telah meluncurkan program yang menampilkan virtual destination seperti
Taman Nasional Kakadu, Great Barrier Reef dan Pulau Hamilton untuk penumpang
kelas satu (Manjari, 2018). Di Indonesia sendiri telah hadir taman bertema
virtual reality di Neo Soho Mall, Jakarta dengan nama Kovee Jaya VR Theme Park.
Taman hiburan ini diklaim sebagai theme park virtual reality pertama di
Indonesia.
-
Mixed Reality (MR) adalah penggabungan
antara dunia nyata dan virtual untuk menghasilkan lingkungan dan visualisasi
baru dengan menggunakan teknologi hologram. MR memungkinkan wisatawan untuk
memvisualisasikan obyek virtual seolah-olah menjadi objek yang benar-benar ada
di hadapanya dan juga dapat berinteraksi dengannya.
-
Technology-based Business Models adalah
model-model bisnis pariwisata yang mengadopsi teknologi digital mulai dari
upstream sampai downstream-nya. Model bisnis ini yang sangat berkembang dalam
sektor pariwisata lebih pada bagaimana memadukan jaringan antara sellers dan
buyers. Contoh model bisnis ini adalah Online Travel Agent (OTA) seperti
Traveloka, Tripadvisor, Tiket.com, Booking.com, Airbnb, Oyo, Airi, Reddoorz Gojek,
Uber, My Bluebird. Digital Destination Marketplace juga menjadi model bisnis
berbasis teknologi yang mulai berkembang seperti Indonesia Tourism Exchange
(ITX) dan lain-lain.
-
Mobile Technology adalah teknologi yang
mendorong inovasi dan monetisasi dibidang penyedia jasa pariwisata. Dengan
adanya integrasi teknologi mobile dalam pariwisata, maka akan lebih memudahkan
pengunjung atau wisatawan dalam melakukan aktivitas pariwisata sebelum dia
datang ke destinasi, pada saat di destinasi dan setelah dari destinasi.
Dalam Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata pertama di awal tahun 2019, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata telah mencanangkan pariwisata 4.0 (tourism 4.0) ini sebagai strategi untuk menggarap wisatawan milenial atau generasi Y yang lahir antara tahun 80an s.d. 2000an. Dari sisi peluang permintaan (demand side) sebenarnya segmen ini cukup menggairahkan untuk digarap melalui konsep pariwisata 4.0 (tourism 4.0) ini. Namun dari sisi destinasi atau supply side perlu penyediaan infrastruktur yang kuat. Bagaimana tantangan Pariwisata Indonesia dalam menghadapi Pariwisata 4.0?
Dalam menghadapi pariwisata 4.0 tantangan yang dihadapi meliputi:
1. Kurangnya akses yang mendukung pemanfaatan teknologi 4.0 seperti dalam penyediaan wifi di destinasi wisata, seperti yang diketahui bahwasannya yang terpennting adalah internet, bahkan internet sebuah kebutuhan di zaman sekarang. Di destinasi wisata dalam suatu daerah internet sangat mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung.
2. SDM yang kurang memadai dalam pemberian informasi kepada wisatawan, dan kurang ahli dalam teknologi sehingga hal ini dapat dilihat dari wisatawan yang semakin cerdas mengandalkan teknologi dari pelaku industri yang memberikan sebuah informasi serta dalam hal pengoprasian computer dan teknologi tidak begitu ahli.
3. Risiko Cybersecurity Pada Bisnis di Era Revolusi Industri 4.0. Apapun eranya, tentu tak lepas dari faktor risiko. Risiko operasional. Eksploitasi seperti ransomware, denial-of-service (DDoS), pencurian data, pembajakan situs, serta pencurian sumber daya dapat secara serius mengganggu operasi bisnis, hal ini dapat mengganggu perusahaan indstri dalam memberikan informasi kepada wisatawan, dimana jika terjadinya kebocoran data wisatawan yang menyebabkan kerugikan sehingga wisatawan merasa tidak nyaman dengan pelayanan di destinasi wisata yang dikunjunginya.
Adapun Peluang yang diciptakan Pariwisata 4.0 di Indonesia meliputi:
1. Wonderful Startup Academy adalah program pengembangan startup business yang bergerak pada sektor pariwisata di Indonesia, hasil kolaborasi antara Kementerian Pariwisata, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan ICSB Indonesia. Salah satu tujuan program ini adalah menciptakan ekosistem agar Indonesia menjadi destinasi wisata utama mancanegara program ini juga memberikan akses kepada para startup untuk menjalin kerjasama dengan para investor serta membuka akses pasar dengan pelaku bisnis pariwisata Indonesia dengan dukungan Kementerian Pariwisata Indonesia.
2. Media sebagai pihak yang melakukan branding atau pencitraan produk-produk dan inovasi pariwisata yang ditawarkan agar dapat meningkatkan potensi kedatangan wisman di tahun-tahun mendatang.
3. Perubahan perilaku wisatawan yang disebabkan oleh tren pergeseran kependudukan. Travel Tech Consulting Yang disitir majalah SWA 24 juli – 7 Agustus 2019 mengatakan bahwa traveller millenial akan mendorong pariwisata 4.0. 70 persen traveller melakukan searching dan sharing melalui internet (digital) dan 51 persen dari traveller asing adalah milenial.
4. “Destinasi Digiital”, dikatakan Destinasi Digital, karena destinasi itu terbentuk dan menjadi benarbenar destinasi wisata, setelah dipromosikan melalui media social. Format content-nya sangat digital, menggunakan gambar atau foto, video dan text, dan diposting dengan Media Sosial. Media yang sangat digital. Media tempat anak-anak millenials melakukan search and share. Kementerian Pariwisata akan menggebraak dunia dengan promosi wisata melalui instagram.Sekarang ini melalui Generasi Pesona Indonesia (Genpi) berhasil menciptakan tujuh destinasi wisata digital (digital tourism) serta paket wisata digital 100 tempat destinasi Indonesia yang indah dan fotogenik.
5. Produk industri kreatif merupakan bagian dari industri pariwisata. Produk industri kreatif berbasis kerajinan dan budaya menjadi cinderamata bagi para pelancong sebagai kenangan, sehingga hal ini mendoreng pasar global dan promosi melalui media social secara tidak langsung, hal ini juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Indonesia.
Dari
penjelasan diatas dimana membahas mengenai peluang dan tantangan serta
bagaimana Indonesia menghadapi Industri 4.0, selanjutnya kita akan membahas
mengenai apa saja kasus-kasus yang berhubungan dengan berkembang pesatnya
teknologi, kususnya pada pariwisata 4.0.
Contoh
kasus ini berasal dari daerah Bali dimana Kasus Viral Turis Asing Lecehkan Air
Suci dan Refleksi Pariwisata Bali, dimana dua orang turis asing yang dianggap
melecehkan air suci dari Pelinggih yang ada di kawasan Monkey Forest Ubud,
Bali, dikenai sanksi adat. Hal ini direkam dan dipublish di media social,
seperti yang diketahui bahwasannya semakin berkembangnya teknologi menyebabkan
informasi semakin cepat tersampaikan, hal ini menjadi viral melalui media social
sehingga adanya kritikan dari masyarakat luar kususnya masyarakat bali yang
merasa bahwa kesakralan tempat suci sudah dikotori dengan tindakan tersebut,
terjadinya pro kontra masyarakat local sehingga perlu adanya sosialisai
mengenai batasan-batasan berkunjung wisatawan ke tempat suci (sacral).
Sumber
Pustaka Online dan Jurnal:
http://ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/jgp/article/download/1826/1406
https://travel.kompas.com/read/2019/08/12/175156527/kasus-viral-turis-asing-lecehkan-air-suci-dan-refleksi-pariwisata-bali?page=all
Korže,
Saša Zupan (2019). From Industry 4.0 to Tourism 4.0. Innovative Issues and
Approaches in Social Sciences, Vol. 12, No. 3
Comments
Post a Comment