PARIWISATA 4.0 DI BUKITTINGGI

Pariwisata Indonsia Dalam Menghadapi Pariwisata 4.0

Sejak berlangsungnya konferensi dunia di bidang lingkungan hidup (Globe’90) di Vancouver kanada, para pemangku kepentingan dalam bidang pariwisata mulai menaruh perhatian terhadap pentingnya pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism).  Data pertumbuhan pariwisata di dunia semenjak 1960an sebagaimana dipublikasikan oleh WTO setiap tahunnya menarik perhatian banyak negara atau daerah untukmengembangkan pariwisata sebagai salah satu alternatif untukmeningkatkan kinerja pembangunan di negara atau daerah  masing-masing. Pengembangan pariwisata di indonesia sejalan dengan program pemerintah dalam menggalakkan pariwisata sebagai penambah devisa negara diluar sektor migas. Akan tetapi, banyak daerah yang dilaporkan mengalami kegagalan dalam pembangunan pariwisata karena kurang memperhatikan arti penting keberlanjutan yang dimaksud. 

Ini merupakan sebuah kasus bagaimana peran pemerintah dalam mengembangkan kepariwisataan di kota Bukittinggi. Dalam pengembangan ekonomi kreatif sudah menjadi alternatif dan solusi, sekaligus strategis global dalam tetap menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global ini. Namun pandemi covid-19 secara nyata telah berdampak pada kehidupan sosial dan perekonomian global termasuk industri pariwisata indonesia. Sektor pariwisata diharapkan menjadi unggulan penopang pertumbuhan ekonomi daerah dengan  menjadikannya salah satu prioritas dalam pembangunan dan menjadi salah satu indikator kinerja utama daerah. 

Dalam kasus ini Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Satake Bayu Setiano menyatakan, seluruh objek wisata di sumatera barat akan ditutup selamapandemi, langkah tersebut untuk  mengantisipasi terjadinya penyebaran covid-19. Tiga bulan sejak maret 2020 banyak bus pariwisata di kota bukittinggi hanya terparkir di pool dan mesinnya hanya dipanaskan setiap hari.  Kendati merugi hingga 15 juta sampai 20 juta per hari. Sejak pemberlakuan pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sumatera barat selam 22 April hingga 7 Juni 2020 tak ada wisatawan  yang menggunakan bus pariwisata.

Dengan itu pemerintah sumatera barat sedang gencarnya untuk menjadikan pariwisata Sumbar menjadi poariwisata yang berbasis 4.0. dengan memasuki era revolusi industri 4.0 akan mengunggah secara mendasar wajah berbagai industri. Revolusi ini ditandai dengan berubahnya  perilaku wisatawan yang sangat digital selain juga dominannya travellers milenial. Dan Menpar Arief Yahya mengajak kaum milenial agar memanfaatkan era revolusi industri 4.0 menjadi keunggulan kompetitif baru dalam memenangkan pariwisata di pasar global. Sebagai contoh tersedianya virtual reality menjadikan seluruh informasi destinasi wisata tidak lagi melalui brosur atau penjelasan para guide, akan tetapi sudah memanfaatkan teknologi vitual reality lewat smartphone di tangan para travellers. 

Tantangan pariwisata indonesia dalam pariwisata 4.0 yaitu perlunya dukungan  

peningkatan sumber daya manusia (SDM) untuk pariwisata dan ekonomi kreatif. Berupa

pendidikan di kampus, juga penting pelatihan sertifikasi yang diakui oleh industri nasional

maupun internasinal. Yang kedua yaitu, mendukung inisiatif sustainable tourism development

tourism atau pengembangan pariwisata berkelanjutan. Dalam hal in, ada banyak elemen

diantaranya wish manajement, energy development, juga water management, dan inklusif

terhadap komunitas gender equality, safety issues dan masih banyak hal lain. Yang ketiga yaitu,

berkaitan dengan citra promosi digital salah satunya mikro targeting tepat sasaran. Dan yang

terakhir yakni untuk mendukung kolabor Muasi anatara pariwisat dan ekonomi kreatif.

Comments